CERPEN

KISAH SEBUAH KEBAIKAN KECIL

Joni, seorang mahasiswa ekonomi. Dia memiliki seorang pacar bernama Aisya yang telah sebulan dipacarinya. Pacarnya satu tingkat dibawahnya. Suatu saat di penghujung November, terdapat kuliah pengganti di sore hari. Joni dan Aisya keluar kelas bersamaan, dan Joni memutuskan untuk mengantar Aisya ke kostnya. Jam butut di tangan kanan Joni sudah menunjukkan pukul 17.01. Hujan deras pun mengguyur tanah Ngayogyakarta. Hujan seakan tak mau berhenti membasahi area disekitar pelataran parker fakultas ekonomi. Joni pun segera bergegas pulang bersama Aisya yang sudah menunggunya di selasar. Taksi yang dari tadi menunggu di lobby parkiran ekonomi pun segera mereka naiki. Kemudian taksi melaju dengan kencang menembus derasnya air hujan.

Namun, saat akan melewati perempatan di depan MM, taksi mengerem dengan tiba-tiba. Dari balik kaca taksi, Joni melihat Retno,yang menyeberang jalan dengan sangat tergesa-gesa. Ya, Retno. Teman seangkatanku yang terkenal dengan sebutan ”miss Katrok”. Memang gayanya yang sangat norak dan ndeso plus ditambah bahasa ngapaknya khas Kebumen membuatnya sering diejek oleh teman-teman.

Retno yang tergesa-gesa menyeberang jalan hampir terserempet taksi yang ditumpangi Joni dan Aisya. Karena kasihan melihat dia yang basah kuyup diguyur derasnya hujan, Joni dan Aisya pun mengajaknya untuk sekalian pulang. Kebetulan kost Aisya satu jalan dengan kost Retno yaitu di daerah Pogung Baru.

Dia akhirnya mau untuk menumpang taksi bersama-sama. Saat di perjalanan, Aisya menanyakan mengapa dia menyeberang dengan tergesa-gesa. Tanpa banyak bicara, Retno pun segera mengeluarkan HP ”kunonya” yang sebesar kotak pensil. Ia pun membuka sebuah SMS dan menyodorkan pada Joni. Kemudian SMS itu dibaca dengan seksama oleh kedua sejoli itu,bunyinya” mbak, bapak kecelakaan, segera pulang, kami tunggu di rumah…” Didalam sebuah message tersebut tersirat sebuah firasat yang kurang mengenakkan. Dengan spontan, Joni menyuruh sopir taksi untuk berbalik arah dan mengantar Retno ke kampung halamannya di desa Petanahan, Kebumen.

Perjalanan yang cukup panjang itu ditempuh dalam waktu 5 jam, dan akhirnya sampai di Kebumen pukul 12 malam. Sesampai di halaman rumah Retno, banyak orang berkerumun. Firasat Aisya benar, bapak Retno akhirnya meninggal dunia setelah dirawat beberapa saat di ICU Rumah Sakit akibat bertabrakan dengan bus.

Hari itu adalah hari yang suram bagi Retno. Namun, ketegaran muncul di wajahnya, ketegaran yang tidak disangka ada dibalik katroknya Retno.

Seminggu berlalu, Retno pun kuliah seperti biasanya. Setelah kejadian itu Retno, Joni, dan Aisya menjadi sahabat yang sangat akrab. Mereka sering berdiskusi dan bercanda bersama di seputaran selasar kampus. Dua tahun pun berlalu demikian cepatnya, Retno lulus lebih awal satu semester dari Joni. Dia mendapat predikat Cumlaude dengan IPK 3,53. Satu semester kemudian, Joni lulus dan bekerja di sebuah perusahaan assembling kecil di daerah Magelang. Setahun kemudian, Joni menikah dengan Aisya, gadis pujaan hatinya. Setelah 7 tahun berselang, Joni dan Aisya dikaruniai 2 orang anak. Mereka hidup bahagia di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota Magelang. Memang, penghasilan Joni sebagai supervisor di perusahaan itu dirasa lumayan cukup untuk hidup dengan sederhana.

Sampai suatu saat ada sepucuk surat undangan perkawinan berwarna pink dan dibalut dengan tali berwarna emas ditujukan kepada Joni sekeluarga. Setelah dibuka ternyata si Retno, teman Joni akhirnya menikah. Retno mengadakan acara resepsi di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta. Tak diduga sebelumnya, Retno sekarang menjadi seorang Managing Director di sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia.

Di saat acara resepsi berlangsung, Ia menceritakan tentang kejadian di masa lalu saat Joni dan Aisya mengantarnya ke Kebumen untuk menjenguk ayahnya yang kecelakaan. Retno bercerita dari awal sampai akhir tanpa mengurangi maupun menambah satu bagianpun.

Hadirin sejenak hening, kulihat ada beberapa tamu undangan yang sampai menitikkan air mata. Joni dan Aisya diajaknya untuk naik ke panggung yang sangat mewah itu. Joni agak sedikit canggung saat menaikinya, maklum dia belum pernah naik ke panggung yang sangat mewah dengan dipandang oleh ribuan mata. Joi dan Aisya memberi selamat atas keberhasilannya dan atas perkawinannya. Retno pun membalasnya dengan memberi ucapan terima kasih diiringi senyum khas gaya katroknya yang tidak berubah.

Cerita ini akan selalu terkenang dan membekas di hati Joni, Aisya dan Retno sampai kapanpun. Ternyata kebaikan kecil yang dilakukan sangat membantu seorang Retno yang sedang dilanda kegundahan.

Memang, seorang sahabat sejati adalah orang yang ada disaat kita kesusahan dan membutuhkan.

NB: cerita ini didramatisir dan hanyalah fiktif belaka, adanya kesamaan nama maupun tokoh adalah merupakan kesengajaan saja.

~~Dikutip dari : http://blog.beswandjarum.com/adityamahendra/2010/02/08/kisah-sebuah-kebaikan-kecil/

                 SEGELAS SUSU HANGAT

Cerita ini berawal dari seorang anak jalanan yang berjalan tak tentu arah, mencari makan dari bus ke bus, dari rumah ke rumah, tidur dari emperan toko ke toko lain, mengadahkan tangan untuk mengharap belas kasihan dari orang-orang dermawan.

Waktu demi waktu, hari terus berjalan, bulan berganti bulan, hingga sampai suatu saat, anak itu meminta-minta di sebuah rumah yang berpenghuni seorang janda yang hidup sebatang kara.

“Bu boleh minta makan? Atau minum juga boleh Bu”, memelas anak itu.

“Oya silahkan masuk nak, kalau cuma untuk makan atau minum tidak usah minta-minta kayak gini.” Ibu itu menerimanya dengan tulus.
“Nih secangkir susu hangat, biar badanmu terasa hangat”, tambah ibu itu. “Kalau cuma untuk secangkir susu hangat, kamu tidak perlu minta-minta lagi, datang aja ke sini, nanti ibu siapkan”, jelas ibu dengan tulus.
“Dan mulai sekarang ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri..” tambah ibu itu.

“Ya terima kasih banyak bu..” jawab anak itu.

Keesokan harinya ibu menunggu anak itu, tapi apa hendak di kata anak itu tak kunjung datang lagi ke rumah ibu itu. Ternyata, setelah diketahui anak jalanan itu tertangkap razia oleh Satpol PP.
Wanita itupun sudah berpindah-pindah rumah.

20 tahun kemudian ibu janda itu divonis mengidap kanker ganas dan harus dioperasi. Karena ibu itu hanya sebatang kara dan tak memiliki uang, maka rumah yang dia tempati sekarang akan dijualnya untuk biaya operasi.

Tapi betapa kagetnya ibu itu ketika hendak membayar, ternyata telah lunas, dan di sana tertulis...

"TELAH DIBAYAR DENGAN SECANGKIR SUSU HANGAT.."

Ternyata setelah tertangkap razia oleh Satpol PP, anak jalanan itu disekolahkan oleh pemerintah sampai dia menjadi seorang dokter, dan ketika itu hanya satu yg ada dalam pikiran anak itu..

"BAGAIMANA SAYA BERTERIMA KASIH DAN MEMBALAS JASA IBU INI.."

Karena itu berpuluh tahun pun anak itu tak lupa wajah sang wanita tua.


Apa hikmahnya kisah ini?
Ada sumber yang mengatakan ini adalah kisah nyata, tapi saya harus reconfirm dulu kepatiannya.
Terlepas ini kisah nyata atau inspirasi belaka kisah ini menujukkan bahwa apapun yang kita lakukan pada hari ini PASTI akan dibalas oleh ALLAH SWT, mungkin hanya waktu saja yang akan menjawab.
Jadi teruslah berbuat baik, jangan berhenti, dan bersedekahlah... Yakinlah ALLAH SWT akan membalas itu semua. Amin.

Sumber : http://diaryqalbu.blogspot.com/2010/01/segelas-susu-hangat.html




BERSYUKUR



Seorang pria mendatangi seorang Sufi yang diseganinya, “Sufi, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.”

Sang Sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”

“Tidak Sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu.

“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”

Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi y
ang ini sebaliknya dan justru menawarkan racun.

Sesampainya di rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya yang sudah lama tidak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya. Sebelum tidur pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”

Besok paginya dia bangun tidur, membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi.

Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satunya untuk istrinya.

Istrinya yang merasa aneh, kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”

Kemudian dirinya mengunjungi ke kantornya, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya.

Pulang sampai rumah jam 5 sore, ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.” Demikian halnya dengan anak-anaknya yang berani bermanjaan kembali padanya.

Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yang terlanjur sudah ia minum?

Bergegas ia mendatangi sang Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya ia minum kemarin. Sang Sufi dengan enteng mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya hanyalah air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah sembuh.”

Dilanjutkannya, “Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”. Satu kata untukmu, “Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan. (
˘˘)

Sumber : Zulfa Putri Bungsu at google+